ITPLN Buka Program Studi Sains Data Jawab Kebutuhan Era Digital

Institut Teknologi PLN (ITPLN) resmi membuka Program Studi Sarjana (S1) Sains Data dalam rangka merespon terhadap kebutuhan industri yang kian bergantung pada pengolahan data berskala besar pada era digital ini.

“Data bukan lagi pelengkap, tapi tulang punggung kemajuan di berbagai sektor,” kata Rektor ITPLN, Prof Iwa Garniwa dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan program Sains Data dirancang untuk menjawab tantangan era digital yang menjadikan data sebagai aset strategis.

Keunggulan utama program ini, lanjut dia, terletak pada penerapan laboratorium hidup terbesar di Indonesia, yakni ekosistem energi nasional.

Menurut dia, mahasiswa tak hanya dibekali teori, tetapi juga terjun langsung dalam pengolahan data skala besar dan penanganan persoalan-persoalan strategis yang dihadapi sektor energi dan industri nasional.

“Lewat ekosistem ini, mahasiswa belajar memecahkan masalah nyata. Mereka tidak hanya dipersiapkan untuk sektor energi, tapi juga jadi talenta data yang bisa bersaing di fintech, kesehatan, hingga e-commerce. Kami ingin mencetak talenta kelas dunia yang adaptif dan kompetitif,” ujarnya.

Program ini diharapkan mampu memperkuat kontribusi ITPLN dalam menciptakan sumber daya manusia unggul di bidang data sains yang saat ini sangat dibutuhkan industri nasional dan global.

Sementara itu, Direktur Manajemen Proyek dan Energi Terbarukan PLN Suroso Iskandar menyambut baik peluncuran Program Studi Sains Data di ITPLN.

Program itu dinilai penting untuk memenuhi kebutuhan tenaga ahli di bidang data sains, khususnya mendukung proyeksi permintaan energi nasional dan perkembangan industri data center di Indonesia.

Menurut Suroso, kehadiran program studi tersebut sejalan dengan kebutuhan industri kelistrikan yang semakin berbasis data.

Dia menegaskan, PLN membutuhkan tenaga ahli data untuk memproyeksikan arah pertumbuhan beban listrik di berbagai wilayah, termasuk permintaan khusus dari data center.

“Data sains itu sangat kami perlukan untuk memproyeksikan arah demand (permintaan) kita. Pertumbuhan beban tertinggi saat ini ada di Jawa mencapai 293 terawatt hour (TWh), di Sumatera 73 TWh, dan seterusnya. Khusus untuk data center, bebannya mencapai 28 TWh di Jawa dan 17 TWh di Batam,” kata Suroso.

Dalam beberapa tahun ke depan, tambah dia, kebutuhan tenaga kerja di bidang data center akan terus meningkat seiring rencana migrasi hampir 75 data center ke Indonesia. Dengan demikian, lulusan program studi tersebut diharapkan dapat langsung mengisi kebutuhan pasar saat mereka lulus.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *